Minggu, 02 Maret 2014

[Free No Sara] Aksi Brutal Alkacong

Alkacong adalah singkatan dari Aliansi Katok Congklang atau Aliran Katok Congklang. Katok adalah bahasa jawa dari celana, sedangkan congklang bisa diartikan panjang celana diatas mata kaki, tanggung, tidak panjang dan tidak pendek juga.
Ciri-ciri Alkacong bisa digambarkan sebagai berikut:


Untuk kaum laki-laki, dengan celana congklang, berjenggot, berbaju panjang, dan menggunakan kopiah. Sedangkan perempuan (untuk anak-anak juga) dengan menggunakan cadar menutupi bagian kepala sampai mata kaki, kakinya sendiri ditutupi dengan kaos kaki.

Kejadiannya siang hari Minggu pada tanggal 2 Maret 2014, beberapa menit yg lalu saya dapat kabar dari teman saya Bismo, bahwa rumah dan motornya di rusak oleh alkacong. Masalahnya hanya sepele ternyata, teguran dari bapak Agus untuk mereka (alkacong) jangan mengendarai motornya dengan kebut-kebutan di dalam kampung.
Padahal hanya teguran ringan saja, tidak memaksa, atau membentak. Tetapi satu kaum alkacong tidak terima dan datang ke rumah bapak Agus dengan membawa banyak temannya, saya dapat kabar ada 50 orang.
Mereka langsung merusak rumah, tanaman, dan warung bapak Agus. Tidak hanya bapak Agus yang menjadi korban amarah kelompok tersebut. Kaca jendela rumah Sri Rejeki (Ibu Bismo) yg merupakan tetangga Agus (depan rumahnya) juga pecah akibat dilempar menggunakan pintu pagar. Awalnya, ia bersama kedua anaknya yg bernama Angesti Aruming Utami dan Bismo Nur Awan Saputro penasaran karena ada keributan di luar rumahnya. Begitu sampai di teras, Ibu Sri pun kaget melihat massa yang cukup banyak tengah mengacungkan pedang dan mengancam untuk melukai anak-anaknya. Ketakutan, mereka segera mengunci pintu dan berlindung di dalam rumah. Dari keterangan beberapa saksi, sekelompok orang tersebut datang dan pergi dari arah TK Darussunah yang tak jauh jauh dari tempat kejadian perkara (TKP). Berikut adalah gambar kerusakannya:


Begitu brutal aksi mereka, miris sekali melihat keadaan gambar diatas. Saat kejadian, saya tidak berada di kampung, entah bagaimana perasaan saya ketika berada ditempat kejadian. Sekitar pukul 4 sore, satu mobil dan truk polisi datang untuk mengamankan daerah dan bersiaga di halaman parkir hotel di daerah kampung saya.



Gambar tidak terlalu jelas, karena hanya menggunakan kamera ponsel. Begitunyakah muslim? Sesensitifnya mereka, hanya teguran ringan saja, mereka tidak terima dan melakukan aksi brutal dengan menghancurkan motor, tanaman, dan rumah warga? Sesungguhnya islam mengjarkan untuk berbuat baik. Ini bukan lagi jaman jahiliyah, kalian bukanlah kaum barbar. Kalian memiliki otak untuk berfikir secara sehat.

Update!

Pagi hari sekitar pukul 8-9 pagi tanggal 3 Maret 2014, saya bertemu Bismo di burjo depan rumah, beliau menceritakan kronologi kejadiannya, beliau menyebutkan ada salah seorang warga yg bernama Wahyu Bendol, Bendol sebut saja 'dikalungi' clurit oleh oknum tak dikenal tersebut, dan ditanya apakah kamu muslim atau bukan? Kalo iya sebutkan 2 kalimat syahadat. Dan untungnya Bendol dapat mengucapkan kalimat syahadat, setelah itu dibebaskan oknum yg mengkalungi clurit tersebut.

Siang tadi, tanggal 3 Maret pukul 10 pagi warga melakukan koordinasi dengan pihak kepolisian untuk melakukan aksi demo menuntut pengusiran sekolompok alkacong di daerah Nitipuran.
Warga sudah muak dengan aksi kriminal mereka, hukum harus ditindakan. Bukan balas dendam dengan menghancurkan rumah dan sekolah mereka, tetapi dengan cara halus, yaitu pengusiran!


Berita sudah masuk ke media online dan televisi swasta di Indonesia, berikut link dari Tribun Jogja klik disini.
Kejadian setelah Al Kacong Merusak Rumah Warga Di Nitipuran Yogya via @dayatpgm dengan media telepone seluler.


Dan siang tadi pemuda sedang meminta tanda tangan pengusiran warga alkacong dr rumah warga ke rumah lain yg diawasi pihak kepolisian.

18 komentar:

  1. Bajigur! Ngeri tenan kui.. usir wae yen meresahkan ngono kui..!

    BalasHapus
    Balasan
    1. Sudah mas, kami sudah melakukan koordinasi dari polisi. Masih menunggu keterangan selanjutnya.

      Hapus
  2. Jangan diusir mas, kasihan warga sekitar tempat mereka mengungsi nanti. Harus dituntut sesuai hukum yang berlaku...

    BalasHapus
    Balasan
    1. lalu kalo sekolompok alkacong tersebut tidak diusir? mereka tetap tinggal disana, dan kami sebagai warga jadi was-was?
      sudah keputusan warga kampung Nitipuran untuk mengusir mereka, dan menurut saya keputusan ini musyawarah.

      Hapus
  3. sikat wae jo, anarkis kui. haha

    BalasHapus
    Balasan
    1. wedi e jo, 50 orang do nggo pedang hahaha.

      Hapus
  4. Saya sebagai kaum muslim sangat malu dg kejadian seperti ini, agama saya tidak pernah mengajarkan kekerasan seperti ini. Dan jika ada sekelompok orang yg melakukan kekerasan atas nama agama itu sudah sangat kelewatan. Mendingan belajar agama lagi aja.

    BalasHapus
    Balasan
    1. iya, sebut saja orang brutal seperti ini oknum dan bukan Islam.

      Hapus
  5. Rumah temen saya kebetulan belakang yang dirusak ini. di ceritain kemarin. Lumayan serem juga

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya seperti ini kronologinya, brutal sekali.

      Hapus
  6. Menurutku itu oknum sih. Aku punya banyak teman yang berpakaian berjenggot, dan bercelanan diatas matakaki. Tapi dia sopan, baik. Nggak sembarangan menyebut orang lain kafir.

    Memang susah juga, kasihan teman yg berpakaian seperti itu karena niatnya adalah mendekatkan diri kepada Allah malah posisinya dibuat semakin sulit karena sekumpulkn oknum yang tidak punya tatakrama.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Memang tidak semua orang atau kelompok yg berciri-cirikan diatas sana itu kriminal, brutal, atau lain sejenisnya.
      Yg pasti waspada dan berhati-hati saja dengan sekelompok yg dicurigai, itu yg terpenting.

      Hapus
  7. Jangan diusir mas, kasihan warga sekitar tempat mereka mengungsi nanti. Harus dituntut sesuai hukum yang berlaku... [2]

    BalasHapus
    Balasan
    1. warga yg lain harus bisa waspada, ketua RT harus bisa memilah yg baik atau tidak untuk menjadi warga baru di wilayah mereka.

      Hapus
  8. 1.kekerasan, 2. tidak bersosialisasi (tertutup) ...sangat meresahkan kalau begitu. Takutnya kan negara2 suka perang di Timur Tengah sana yg sedang mengembangkan tentara murah dari Indonesia. Nah, kalau latihan perangnya dengan menyerang sesama warga Indonesia ? Takutnyaaa, makanya terbuka disuruh terbuka saja, kalau perlu tembok2nya dipugar jadi seperti lapangan saja..biar tetangga tahu apa yg sebetulnya dilakukan..gitu to? Lha wong itu komplek guyup rukun e, kok diobrak - abrik.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Mereka mengatas namakan jihad, sudah didoktrin dari TK. Yg parah guru atau ulama yg mendoktrin dari kecil anak-anak didiknya. Akhirnya ketika besar ya seperti ini.

      Hapus
  9. Itu yg di nitipuran jadi dibongkar ga ya mas sekolahnya alkacong? Kok katanya meh dibongkar, depan rumaje temen saya pas kui. Semalem saya lewat masih banyak polisi itu, ada yang stay di burjo selatan puskesmas itu

    BalasHapus
    Balasan
    1. belum, saat ini tanggal 7 Maret belum. Tanggal 5 Maret, malam hari Bupati dan polisi melakukan rapat membahas kelanjutan kasus ini. Tetapi kami (warga) belum mendapatkan informasi perihal hasil rapat semalam.

      Hapus

Menghujamlah!